1. Pengertian Organisasi.
Istilah organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa yunani berarti
alat. Adapun pendapat para ahli yakni,
Jamaes D. Monney, bahwa orgnisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama. Paul preston dan Thomas Zimmemer mengemukakan bahwa organisasi
adalah sekumpulan orang-orang yang tersusun dalam kelompok yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Organisasi adalah setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama dan terikat secara formal tercermin pada hubungan kelompok orang
yang disebut pimpinan dan sekelompok orang disebut bawahan.[2]
Menurut Sutarto bahwa
organisasi adalah sistem yang saling berpengaruh antara orang dalam
kelompok yang bekerja sama untuk tujuan-tujuan tertentu.[3] Demikian halnya Hadari
Nawawi bahwa organisasi adalah sistem kerja sama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bearsama.[4]
Sementara S.P.
Siagian memandang bahwa organisasi dapat ditinjau dari dua sudut yaitu
oraganisasi sebagai wadah dan organisasi sebagai proses.[5]
Organisasi sebagai
wadah adalah tempat dimana kegiatan-kegiatan administrasi dan manajemen
dijalankan dan sifatnya
adalah telatif statis.[6] Dalam arti statis, organisasi sebagai
wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu.[7]
Sebagai
proses oleh karena selalu bargerak menuju tercapainya tujuan organisasi,
sebagai proses dinamis karena harus mangadakan pembagian tugas kepada
anggotanya juga harus membagikan tanggungjawab, wewenang dan mengadakan
hubungan, baik ke dalam maupun keluar dalam rangka mencari keberhasilan
organisasi.[8]
Atau dinamis karena organisasi seabagi suatu sistem atau kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.[9]
Dari berbagai pandangan sebagaimana
disimpulkan oleh Sutarto bahwa sesungguhnya tidak berbeda di mana organisasi
sebagai kumpulan orang tidak lain organisasi sebagai wadah, organisasi sebagai
wadah berarti:
1.
Organisasi
merupakan penggambaran jaringan hubungan kerja dan pekerjaan yang sifatnya
formal atas dasar kedudukan atau jabatan yang diperuntukkan setiap organisasi.
2.
Organisasi
merupakan susunan hirarki yang secara jelas menggambarkan garis wewenang dan
tanggung jawab.
3.
Organisasi
merupakan alat yang berstruktur permanent yang fleksibel (dimungkinkan dilakukan perubahan), sehingga
apa yang terjadi dan akan terjadi dalam organisasi relatif tetap sifatnya dan
karenanya dapat diperkirakan. Sedangkan organisasi sebagai proses pembagian
kerja dan sistem kerja sama, sistem hubungan atau sistem sosial, tidak lain
adalah organisasi sebagai proses yang lebih bermakna sebagai aktivitas
pengorganisasian (organizing).[10]
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami
bahwa organisasi adalah hubungan kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam organisasi terdapat sejumlah orang, adanya tujuan bersama,
interaksi setiap orang dalam organisasi mempunyai tujuan pribadi dan interaksi
itu selalu diarahkan untuk tujuan
bersama.
2.
Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management yang berarti tata laksanaan,
tata pimpinan, dan pengelolaan. Kata management
dari kata kerja to manage yang
sinonimnya antara lain to hand berarti
mengurus, to control berarti
memeriksa, to guide berarti memimpin.
Jadi apabila dilihat dari asal katanya manajemen berarti penguasa,
pengendalian, memimpin dan membimbing.[11]
Para ahli
manajemen sepakat bahwa pengertian manajemen berpangkal dari istilah bahasa
latin Manag “managerial” terdiri dari
dua penggalan kata yakni “manus” yang
berarti tangan dan “agree” yang
berarti melakukan atau melaksanakan.[12]
Dari segi istilah, banyak rumusan yang telah dikemukakan oleh para ahli
di bidang ilmu manajemen. Rumusannya berbeda-beda, hal ini didasarkan pada
sudut pandang dan latar belakang pengetahuan yang berbeda, walaupun pada
hakekatnya pengertiannya adalah sama.
Menurut Simamora, bahwa manajemen adalah proses pendayagunaan bahan baku
dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[13]Buchari Zainun, bahwa manajemen dalam konsep populernya
berarti suatu upaya atau proses upaya seorang pimpinan dengan satu kewenangan
tertentu untuk mewujudkan sesuatu tujuan tertentu dengan memanfaatkan berbagai
sumber daya yang ada dan yang sudah dikuasai pimpinan itu, terutama sumber daya
manusia yang berada di bawah kekuasaannya.[14]Demikian
halnya Hasibuan, bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[15]
Pernyataan lain dikemukakan
oleh Wahjosumidjo, bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta
mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.[16]
Susilo
Martoyo, bahwa pada hakekatnya manajemen adalah suatu kerja sama orang-orang
untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama dengan sistematis,
efisien, dan efektif.[17]
Menurut Manullang, bahwa istilah manajemen
mengandung tiga pengertian yakni: Pertama, manajemen sebagai suatu proses.
Kedua, manajemen sebagai suatu kolektivitas. Dan ketiga, manajemen sebagai
suatu seni dan sebagai suatu ilmu.[18]
Manajemen sebagai proses, G.R.Terry memandang bahwa kegiatan atau fungsi-fungsi
dasar dari manajemen membentuk suatu proses yang disebut proses manajemen yang
bersifat operasional.[19]
Sedangkan manajemen sebagai suatu kolektivitas, menurut S.P. Siagian bahwa kelompok manajerial dan kelompok
pelaksana, mempunyai bidang tanggung jawab masing-masing secara konseptual dan
teoritikal dapat dipisahkan, akan tetapi secara operasional menyatu dalam
berbagai tindakan nyata dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.[20] Sebagai suatu seni dan sebagai suatu ilmu
menurut G.R. Terry, bahwa seni manajemen
menuntut suatu kreativitas yang didasarkan pada kondisi pemahaman ilmu
manajemen. Dengan demikian, ilmu dan seni manajemen saling mengisi, jika salah satu
meningkat, maka yang lain harus meningkat pula, diperlukan suatu keseimbangan
diantara kedua aspek tersebut.[21]
Setelah mengemukakan berbagai definisi tentang manajemen, maka
dikemukakan komponen-komponen yang menjadi landasan ilmu manajemen itu
sendiri. Secara garis besar terdapat
tujuh komponen dasar yang melandasi ilmu manajemen yakni:
1)
Manajemen memiliki tujuan yang
ingin dicapai.
2)
Manajemen merupakan perpaduan
antara ilmu dan seni.
3)
Manajemen merupakan proses yang sistimatik,
terkoordinasi, komperatif dan integrasi dalam pemanfaatan ilmu-ilmu manajemen.
4)
Manajemen dapat diterapkan jika ada dua orang atau
lebih dalam melakukan kerja sama pada suatu organisasi.
5)
Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja,
tugas dan tanggung jawab.
6)
Manajemen terdiri dari beberapa fungsi planning,
organizing, staffing directing, Controlling, dan
7)
Manajemen merupakan alat untuk
mencapai tujuan.[22]
Sunindia dan Ninik Widianti, bahwa seorang yang bekerja
dalam arti modern sudah harus mulai dengan merumuskan terlebih dahulu secara
obyektif tujuan kerja yang hendak dicapai, melakukan planning yakni memperkirakan dan menentukan jalan yang akan
dilintasi, memperhitungkan serta menentukan secara kualitatif dan kuantitatif
uang, sarana, bahan, teknologi, ruang, tenaga penggerak dan waktu.[23]
Dengan demikian, menurut
Admosudirdjo bahwa orang yang tidak bisa
bekerja (dalam arti modern) juga tidak akan bisa manajemen.[24]
Berdasarkan beberapa pengertian tentang manajemen yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat dipahami bahwa
manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengefisienkan dan mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan.
3.
Pengertian
Dakwah
Dakwah secara etimologi berasal
dari bahasa arab dari kata: Da’a-Yad’u-Da’watan yang berarti
memanggil, menyeru, mengajak menjamu.[25]
Dakwah secara etimologi tersebut dapat ditemukan dalam Q.S Ali Imran (3)
:
104. Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[26];
merekalah orang-orang yang beruntung
H.S.M. Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah sebagai: setiap
usaha atau aktifitas dengan lisan atau
tulisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya
untuk beriman dan mentaati Allah swt, sesuai dengan garis-garis aqidah dan
syari;at akhlak Islamiya.[27]
H.M Arifin, mengemukakan bahwa, dakwah ialah suatu kegiatan ajakan ,
baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan
secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara
individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap. Penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa unsur-unsur paksaan.[28]
H.H. Qurais h Shihab, menyatakan
bahwa, dakwah adalah seruanatau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah
situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.[29]
Menurut Asmuni Syukur, bahwa istilah dakwah
dapat diartikan dari dua segi atau dua sudut pandang, yakni istilah dakwah yang
persifat pembinaan dan istilah dakwah yang bersifat pembangunan. Pembinaan
artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang
telah adfa sebeluimnya. Sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang
mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan sesuatu hal yang belum ada.[30]
Asep Muhiddin mengemukakan beberapa macam rumusan oleh
para ahli dengan penekanannya masing-masing, sehingga akan lebih muda
memberikan pehaman, diantaranya sebagai beriku:
1.
Definisi
dakwah yang menekankan proses pemberian motivasi untuk melakukan pesan dakwah
(ajaran Islam). Tokoh penggagasnya adalah Syeh Ali Mahfudz. Mengungkapkan bahwa
dakwah dalah “menodorong manusia pada kebaikan dan petunjuk, memerintahkan
perbuatan yang diketahui kebenarannya, melarang perbuatan yang merusak individu dan orang banyak agar mereka
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.”
2.
Definisi
dakwah (ajaran Islam) dengan mempertimbangkan penggunaan metode, media, dan
pesan yang sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u (khalayak
dakwah). Penggagasnya adalah Ahmad Ghalwusy. Dia mengemukakan, dakwah dapat
didefenisikan sebagai berikut: “menyempaikan pesan Islam kepada manusia di
setiap waktu dan tempat dengan berbagai kondisi para penerima pesan dakwah
(khalayak dakwah.
3.
Definisi
dakwah yang menekankan pengorganisasian dan pemberdayaan sumber daya manusia
(khalayak dakwah) dalam melakukan berbagai petunjuk ajaran Islam (pesan
dakwah), menegakkan norma sosial budaya (ma’ruf),
dan membebaskan kehidupan manusia dari berbagai penyakit sosial (munkar). Definisi ini antara lain diungkapkan oleh
Sayyid Mutawakkil yang dikemukakan Ali Ibn Shalih Al-Mursyid sebagai berikut: “mengorganisasikan
kehidupan manusia dalam menjalankan kebaikan, menunjukkannya ke jalan yang
benar dengan menegakkan norma sosial budaya dan menghindarkannya dari penyakit
sosial.
4.
Definisi
dakwah yang menekankan sistem dalam menjelaskan kebenaran, kebaikan, petunjuk
ajaran, menganalisis tantangan problema kebatilan dengan berbagai pendekatan,
metode, dan media agar mad’u (sasaran dakwah)
mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Defenisi
macam ini dikemukakan oleh Al-Mursyid sebagai berikut “sistem dalam menegakkan
penjelasan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, memerintahkan perbuatan ma’ruf
mengungkapkan media-media kebatilan dan metode-metodenya dengan macam-macam
pendekatan dan metode serta media dakwah”.
5.
Definisi
dakwah yang menekankan urgensi pengalaman aspek pesan dakwah (ajaran Islam)
sebagai tatanan hidup manusia sebagai hamba Allah dan khalifa-Nya di muka bumi.
Definisi dakwah seperti ini dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah. Menurutnya dakwah
adalah penyampaian pesan Islam berupa:
a.
Mengimani
Allah;
b.
Mengimani
segala ajaran yang dibawa oleh semua utusan Allah, dengan membenarkannya dan
menaati segala yang diperintahkan;
c.
Menegakkan
pengikraran syahdatain;
d.
Menegakkan
shalat;
e.
Mengeluarkan
zakat;
f.
Melaksanakan
shaum bulan ramadhan;
g.
Menunaikan
ibadah haji;
h.
Mengimani
malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul Allah, kebangkitan setelah wafat,
kepastian baik-buruk yang datang dari Allah;
i.
Menyerukan
agar hamba Allah hanya beribadah kepada-Nya seakan-akan melihat-Nya.
6.
Definisi
dakwah yang menekankan pada profesionalisme dakwah. Dalam pengertian, dakwah
dipandang sebagai kegiatan yang memrlukan keahlian, sedangkan keahlian
memerlukan penguasaan pengetahuan. Dengan demikian da’i-nya adalah ulama dan
sarjana yang memiliki kualitas dan persyaratan akademik dan empirik dalam
melaksanakan kewajiban dakwah. Definisi ini diajukan oleh zakaria sebagai
berikut: “Aktifitas para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama
Islam dalam memberi pengajaran kepada orang banyak (khalayak dakwah) hal-hal
yang berkenaan dengan urusan-urusan agama dan kehidupannya, sesuai dengan
realitas dan kemampuannya.[31]
Berbagai
defenisi tentang dakwah sebagaimana yang telah dikemukakan, kelihatannya
beraneka ragam (ada kesamaan dan perbedaan) meskipun demikian, apabila dibandingkan satu sama lain, maka dapat dipahami sebagai berikut:
1. Sesungguhya
dakwah adalah proses dan aktivitas yang terselenggara atas kesadaran,
kesengajaan dan terencana.
2. Aktivitas
tersebut dilaksanakan untuk mengajak manusia ke jalan Allah swt, memperbaiki
situasi ke arah yang lebih baik (sifatnya pembinaan dan pengembangan)
3. Proses
usaha/kegiatan tersebut dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
mendapat ridha dari Allah swt.
Apa yang menjadi tujuan dakwah, hanya akan
terwujud apabila seluruh peruses kegiatan terselenggara secara terencana
teratur. Dengan demikian, Munir
dan Wahyu Ilahi, bahwa inti dari
manajemen dakwah adalah sebuah pengaturan secara sistematis dan kordinatif
dalam kegiatan suatu aktivitas yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai
akhir dari kegiatan dakwah.[32]
Setelah mengemukakan
gambaran tentang organisasi, manajemen dan dakwah, maka dapat ditarik suatu
pemahaman bahwa antara organisasi, manajemen dan dakwah itu sendiri. masing
masing merupakan suatu proses kegiatan bersama dan terencana, serta mempunyai
cita-cita dan tujuan.
Organisasi
adalah hubungan kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan, dan
interaksinya diarahkan untuk tujuan bersama. Manajemen dalam pelaksanaan berbagai kegiatan mengarahkan pada pola
kerja yang terpadu, efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sementara dakwah adalah suatu proses yang dilaksanakan
dengan sadar dan terencana untuk membangun situasi kearah yang lebih baik,
untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai oleh Allah Swt.
Untuk
maksud tersebut, kegiatan dakwah harus diarahkan pada pola dan proses kerja
sama terpadu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen dakwah adalah
pelaksanaan dakwah yang diatur secara
sistematis, dengan arah pola kerja sama
secara terpadu untuk mencapai tujuan dakwah.
[1]Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi (Cet.III; Bandung:
Alfabeta, 2002), h.3
[5]Sondang P.
Siagian, Peranan Staf dalam Manajemen (Cet. VI; Jakarta: PT. Gunung
Agung, 1982), h. 10
[7]Ibnu Syamsi, Pkok-pokok
Organisasi dan Manajemen (Cet.III;
Jakarta: Renika Ccipta, 1994), h.13)
[8]Dydet
Hardjono, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian (Ed.I, Cet. III;
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) h.6
[9]Ibnu Syamsi, op. cit h.
13
[10]Ulbert
Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi, Konsep, Teori dan Dimensi (Cet.
IV; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 123
[11]Echols, Jhon M dan Hassan Shadily. 1993. Kamus Inggris Indonesia. (Cet.xix; Jakarta: Gramedia, 1993),
h.56
[12]Jawahir Tantowi,. Unsur-Unsur Manajemen Menurut
Al-Qur’an. (Cet.1; Jakarta: Pustaka Al Hasan, 1983) h. 9
[14]Buchari Zainun, Administrasi
dan Manajemen Sumber Daya Manusia Pemerintah Negara Indonesia. Jakarta:
Ghalia Indonesia.2004 h.11
[15]Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara,
2002 h,2
[16]
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan
Teoritik dan Permasalahaannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001 h
69
[19]George. R.
Terry, Guide to Management, diterjemahkan oleh J. Smith D.E.M. dengan judul Prinsip-Prinsip Manajemen (Cet V,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h.12
[23]Sunindhia, Y.W. dan Ninik Widiyanti.. Penerapan Manajemen dan
Kepemimpinan Dalam Pembangunan. Jakarta: Bina Aksara.1998, h.7
[24]Admosudirdjo,
S Prajudi. 1982. Administrasi dan
Manejemen Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1982, h.124
[25]Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah al-Qur’an, 1997), h. 127
[26]Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita
kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya.
[27]
HSM.
Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma
Dara, tt), h. 11
[28]
H.M Arifin, Psikolog Dakwa, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 6.
[29]H.M. Quraish
Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Cet.IX;Bandung: Mizan, 1995), h.194
[31]Asep Muhiddin, Dakwah
Dalam Perspektif Al-Quur’an (Cet.I; Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.33-34
[32]M. Munir dan
Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Cet.II; Jakarta: Kencana, 2009), h. 36-37.
MOHON IZIN DIGUNAKAN SEBAGAI REFERENSI
BalasHapus